Dharma Wacana
|
Dharma Gita
|
1. | Pengertian |
Dharma Gita artinya nyanyian keagamaan. Secara
tradisional telah dilaksanakan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini di Bali disebut
makidung, makakawin, magaguritan, atau mamutru. Bila lagu keagamaan ini dirangkaikan dalam
mengiringi suatu upacara seperti Dewa Yadnya, Dharma Gita ini dapat disebutkan sebagai
Dharma Gita Anjali atau Gitanjali. Disamping itu lagu-lagu keagamaan ini dikaitkan pula
dengan kesenian tradisionil seperti halnya: Arja atau topeng di Bali. Dalam usaha untuk
mempelajari kitab-kitab suci seperti Weda, pembacaan-pembacaan Weda dapat dinyanyikan.
Bahkan usaha untuk menyusun atau mengarang lagu-lagu keagamaan sebagai persembahan atau
Gitanjali perlu digalakkan dikalangan seniman.
|
|
2. | Tujuan |
Dharma Gita sebagai media untuk menyampaikan dan
memperdalam keyakinan beragama sangat efektif. Oleh karena itu penyampaian materi ajaran
dijalin demikian rupa dalam bentuk lagu/irama yang indah dan menawan, mempesona pembaca
dan pendengarnya. Usaha untuk melestarikan, mengembangkan dharma gita bertujuan untuk
tetap menjaga dan memelihara warisan budaya tradisional yang diabadikan kepada keagamaan.
Disamping itu melalui dharma gita diharapkan akan mampu memberikan sentuhan rasa kesucian
kekhidmatan serta kekhusukan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
|
|
3. | Materi |
Sumber materi untuk Dharma Gita diambil dari
kitab-kitab suci Agama Hindu maupun sastra-sastrakeagamaan lainnya yang dirangkaikan dalam
bentuk geguritan, kidung, kakwin, dan mamutru. Untuk pengembangan lebih jauh perlu
ditampilkan karya-karya baru yang berthemakan ajaran agama Hindu. Pengembangan materi
dalam kreasi baru ini perlu dilaksanakan dalam rangka memperkaya dan menyesuaikan dengan
perkembangan jaman.
|
|
4. | Bahasa |
Materi Dharma Gita diambil langsung dari kitab suci
serta sastra-sastra keagamaan umumnya mempergunakan bahsa sansekerta maupun bahasa Jawa
Kuno. Untuk mencapai sasaran/tujuannya perlu diberikan terjemahan yang mempergunakan
bahasa yang mudah, seperti bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat. Demikian pula
kreasi-kreasi Dharma Gita yang baru tetap membawakan pesan dan thema keagamaan, pemakaian
bahasa daerah tidaklah merupakan hambatan bahkan justru sangat diharapkan untuk
menumbuhkan rasa ikut meiliki dan ikut bertanggung jawab.
|
|
Catatan: | |
Dharma Gita merupakan salah satu media kesenian yang
sangat menunjang pemahaman ajaran agama serta usaha meningkatkan kesucian rohani, media
kesenian yang juga memegang peranan penting dan sama, karena itu pembinaan kehidupan
keagamaan di Indonesia hendaknya senantiasa memanfaatkan kesenian daerahnya masing-masing.
|
|
Dharma Tula
|
1. | Pengertian |
Kata Tula berasal dari bahasa sansekerta artinya
perimbangan, keserupaan, dan bertimbang. Secara harpiah dharma tula dapat diartikan dengan
bertimbang, berdiskusi atau berembug atau temu wicara tentang ajaran agama Hindu dan
Dharma. Secara tradisional dharma tula itu dilaksanakan berkaitan dengan dharma gita.
Biasanya untuk memperoleh pemahaman atau pengertian yang lebih jelas dari bagian-bagian
dharma gita yang mengandung ajaran falsafah. Biasanya seluruh peserta aktif berperan serta
memberikan ulasan atau membahas apa yang menjadi subyek pembicaraan. Dalam pelaksanaan
lebih jauh, dharma tula diharapkan tidak hanya menyertai dharma gita melainkan pula
diadakan secara mandiri melibatkan semua potensi terutama generasi muda, menampilkan topik
tertentu untuk kemudian dibahas bersama atau dalam kelompok yang ada.
|
|
2. | Tujuan |
Dharma Tula dimaksudkan sebagai metoda pendalaman
ajaran-ajaran agama Hindu melalui peningkatan peran serta yang aktif dari semua peserta.
Kegiatan dharma tula sesuai dengan tingkat umur emaja dan dewasa. Oleh karena itu melalui
methoda ini setiap peserta akan memperoleh kesempatan mengemukankan pendapatnya atau
sebaliknya menerima pendapat dari orang lain yang akan menambah pengetahuannya dibidang
agama Hindu dengan dilandasi sikap tenggang rasa dan rasa dan kekeluargaan. Cara serupa
ini sangat cocok untuk pendidikan orang dewasa yang dikenal dengan sistem
"andragogi". Tujuan lebih jauh adalah dharma gita itu diharapkan tumbuh dan
berkembang persepsi baru tentang ajaran agama Hindu yang dikaitkan dengan situasi dan
kondisi, sehingga agama akan selalu dapat berperan dikehidupan manusia disepanjang jaman.
|
|
3. | Materi |
Materi dharma tula akan sangat baik apabila dapat
diambil diketengahkan dari jenis materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman serta
permasalahan yang dihadapi oleh kelompok yang akan membahasnya. Misalnya dalam kelompok
remaja dapat diketengahkan materi ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan kehidupan dan
permasalahan remaja (kepemudaan). Dengan demikian metoda dharma gita akan dharapkan
mencapai titik kulminasi/sasaran.
|
|
4. | Bahasa dan pelaksanaannya |
Bahasa pengantar yang dipergunakan perlu disesuaikan
dengan tingkat pengetahuan dan pengetahuan serta pemahaman penanya. Sedangkan dalam
pelaksanaannya dapat dikaitkan dengan kegiatan menyambut/merayakan hari-hari raya
keagamaan, seperti Saraswati, Galungan, Kuningan, Siwaratri, Nyepi dan sebagainya. Untuk
tidak terlalu banyak menyita waktu dapat dilaksanakan setelah selesainya persembahyangan
bersama atau pada hari-hari libur yang khusus dimanfaatkan untuk itu.
|
|
Dharma Yatra
|
1. | Pengertian |
Dharma Yatra mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan Tirta Yatra yakni usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama
Hindu melalui kunjungan untuk persembahyangan ketempat-tempat suci, patirtan baik yang
bertempat di pegunungan atau di tepi pantai.
|
|
2. | Tujuan |
Untuk meningkatkan kesucian pribadi serta keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi Wasa, melihat/ memperluas cakrawala memandang
keagungan-Nya, mengagumi alam semesta dan ciptaannya sehingga semakin teguh untuk
mengamalkan ajaran dharma.
|
|
3. | Pelaksanaannya |
Dharma Yatra sangat baik dilakukan pada hari-hari raya
keagamaan atau upacara-upacara persembahyangan pada pura atau tempat suci. Dapat juga
dilaksanakan pada hari-hari libur sekolah sambil melaksanakan persembahyangan dan praktik
yoga semadi.
|
|
Dharma
Sadhana
|
1. | Pengertian |
Dharma Sadhana artinya realisasi ajaran dharma dalam
diri seseorang. Ini dapat dilaksanakan melalui catur yoga marga yakni: Bhakti, Karma,
Jnana dan Raja atau Yoga Marga secara terpadu, bulat dan utuh, namun pemakaiannya sesuai
dengan jalannya Catur Asrama.
|
|
2. | Tujuan |
Dharma Sedhana berupa latihan-latihan rohani secara
sistimatis dan praktis bertujuan untuk membina mengembangkan dan memupuk kelhuran budi
pekerti serta kesucian pribadi sehingga kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara
semakin mantap, kokoh dan ajeg, sebagai warga negara yang berpancasila.
|
|
3. | Materi |
Materi Dharma Sedhana pada dasarnya berorientasi pada
disiplin hidup pribadi seperti: Tapa, Bratha, Yoga dan Semadhi. Untuk itu perlu disusun
suatu pedoman yang sedemikian rupa dan praktis serta dapat dilakukan oleh setiap umat
menurut tingkatan umur, fungsi dan profesinya masing-masing.
|
|
4. | Pelaksanaannya |
Dalam tahap belajar dapat dilakukan latihan secara
berkelompok dan dapat dilakukan ditempat suci yang sepi dari kebisingan manusia misalnya
pada pura atau tempat suci dipegunungan atau ditepi pantai. Tetapi bila sudah biasa dapat
dilakukan para masyarakat masing-masing untuk mengabdikan diri secara tulus iklas kepada
semua pihak.
|
|
Dharma Shanti
|
1. | Pengertian |
Dharma Shanti adalah suatu ajaran untuk mewujudkan
perdamaian diantara sesama umat manusia. Acara Dharma Shanti ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan keperluan situasi dan relevansinya dengan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
|
|
2. | Tujuan |
Kegiatan Dharma Shanti untuk saling maaf memaafkan
dengan hati dan pikiran yang suci serta ucapan yang tulus iklas. masing-masing pihak
secara sadar dan dengan segala keterbukaan serta kejernihan hati menghapuskan kekilafan
dan kealpaan diantara sesama kita.
|
|
3. | Pelaksanaannya |
Dharma Shanti sebaiknya dilaksanakan dalam menyambut
Tahun Baru Shaka (hari Raya Nyepi) pada bulan chaitra setiap setahun sekali, yang
dilaksanakan baik di dalam tingkat kelompok kecil (suka duka) maupun tingkat desa atau
yang lebih besar lagi dengan melibatkan berbagai unsur dilingkungannya. Secara perorangan
hal ini dapat dilakukan pada setiap kesempatan dan dimanapun berada.
|
Demikian
beberapa metoda dalam usaha pembinaan umat Hindu Dharma Indonesia. Methoda yang diuraikan
diatas dapat dikombinasikan dengan methoda pembinaan yang lainnya tergantung pada situasi
dan kondisi umat yang dibina. Kondisi umat Hindu Dharma Indonesia tidaklah sama, hal ini
disebabkan oleh berbagai latar belakang budaya daerah suku ataupun golongan dalam
masyarakat.
|
Dikutip dari:
Buku Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pembinaan Umat Hindu Rumusan Hasil Konsultasi Para Pejabat Ditjen Bimas Hindu dan Budha dengan Tokoh/Pemuka Lembaga Keagamaan Hindu, Denpasar 26 s.d 30 Mei 1995 Departemen Agama RI, Bimas Hindu dan Budha 1996 |