*OM SWASTIASTU* selamat datang di website ikatan keluarga besar trisakti hindu

Live From Twitterland

   

KITA HANYA MANUSIA

Dalam hidup, berada diatas ataupun dibawah terkadang sama rasanya. Yang sesekali membedakan hanyalah waktu dan kesempatan kita untuk merasakannya. Merasa senang dan bahagia, hampir tidak berbeda dengan ketika kita terserang rasa suntuk maupun sedih. Semua menjadi campur aduk dan berbaur, oleh sikap kita yaitu sikap seorang manusia. Dan tentunya hal ini yang membedakan tanggapnya seseorang dengan yang lain. 
Menjadi sebuah mikro organisme dalam dunia yang serba makro, umat manusia dituntut untuk cepat beradaptasi dan berjuang dengan segala macam keadaan. Dengan akal dan pikiran yang merupakan anugerah tertinggi dari Sang Maha Pencipta, manusia harus dapat menemukan jalan keluar sendiri jika sedang menghadapi masalah, dan bukan justru sebaliknya pasrah dengan keadaan dan hanya berkeluh kesah. Menjadi makhluk sosial dalam kehidupan sehari sehari wajib hukumnya untuk saling berinteraksi, bersosialisasi atau bahkan berorganisasi. Hal ini adalah sebagai wujud bagi setiap pribadi untuk menempa dan mengasah dirinya menjadi seseorang yang lebih berkarakter, menjadi orang yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Didalam kehidupan bersosialisasi itu kelak manusia akan mengenal lebih jauh arti persahabatan, kekeluargaan, jatuh cinta dan bahkan tak sedikit yang berujung pada timbulnya konflik diantara individu. Dari situasi itu pula, manusia dituntut untuk bisa saling menjaga situasi dan kondisi agar tidak terjadi benturan-benturan disekelilingnya, terutama yang sifatnya hanya akan merugikan kepentingan bersama. Lebih jauh, didalam kehidupan berorganisasi itu pula terdapat roda kehidupan, dimana ketika manusia mulai datang dan berjumpa, mengenal satu sama lain hingga kemudian diakui dan mendapat tempat tertinggi dalam strata sosialnya, hingga kemudian Ia mulai beranjak untuk kembali fokus dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat sekitar sesuai dengan usia kehidupan dan tempat Ia layak untuk mendedikasikan sisa-sisa kejayaan yang pernah dimiliki untuk kemudian perlahan menghilang dan dilupakan. Semua ini kembali kepada masing-masing pribadi dan karakter manusia itu sendiri, bagaimana pembawaan dirinya dimasa-masa Ia bersosialiasi dengan sekitarnya, bagaimana cara ia menangani setiap masalah yang timbul sehingga semuanya tertangani dengan baik dan dengan usaha untuk tanpa meninggalkan cacat sedikitpun. 
Tapi memang, kita hanyalah manusia yang tidak akan pernah sempurna dimataNya, tubuh kita hanyalah kendaraan sementara yang digunakan oleh sang atman yang terus berupaya untuk memperbaiki karma di kehidupan yang sebelumnya. Agar kelak didapat karma yang jauh lebih baik sehingga bisa dipertanggung jawabkan didepan sang suratman setelah menempuh titi gonggang dan padang rumput berduri untuk kemudian meneruskan perjalanannya menjadi sinar suci yang abadi.