*OM SWASTIASTU* selamat datang di website ikatan keluarga besar trisakti hindu

Live From Twitterland

   

Agni Hotra

Agni Hotra Harus Dipahami Secara Tattwa

Oleh Ida Pedanda Gede Mas Diatmika

Sampai saat ini umat Hindu di Bali masih melaksanakan upacara Agni Hotra, hanya saja bentuknya lain, misalnya mempergunakan pasepan, dupa dan sebagainya. 
Mengapa Agni Hotra di Bali "diringkes"? Dulu, upacara Agni Hotra pernah menimbulkan kebakaran besar, akhirnya raja memerintahkan agar Agni Hotra ditiadakan atau diringkes. 
Upacara Agni Hotra adalah ajaran Weda yang selama ini kurang mendapat perhatian dari kalangan umat Hindu di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. Mengapa? Banyak yang melihat upacara ini cukup membahayakan lingkungan sekitarnya. Ancaman bahaya selalu membayang-bayangi. Atas dasar itulah upacara Agni Hotra ini kemudian diringkes atau diperkecil dengan bentuk pasepan, dupa dan sebagainya.
Jika kita melihat upacara Agni Hotra dari sudut sastra, upacara ini merupakan salah satu wujud yadnya yang dipersembahkan kepada Dewa Agni (Dewa Api - red) karena Dewa Agni diyakini mempunyai kekuatan yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dalam kekuatan Sanghyang Agni ada sinar dari Ida Sanghyang Widhi Wasa. Bahkan wujud dari Tuhan atau sinar dari Sanghyang Widhi Wasa itu berupa Sanghyang Raditya, Sanghyang Surya yang semuanya itu adalah wujud dari sumber energi yang sangat diperlukan oleh kehidupan umat manusia dijagat raya ini. 
Berdasarkan konsep-konsep itulah Hindu memandang upacara Agni Hotra ini begitu penting. Malahan Weda menganjurkan agar umat senantasa melakukan Agni Hotra ini secara kontinyu pada hari-hari tertentu. Jadi, dasar pijakan upacara ini sangat jelas yakni Weda yang merupakan kitab suci Hindu. 
Namun dalam kenyataannya, masih ada umat Hindu yang masih merasakan ewuh pakewuh melaksanakan upacara Agni Hotra. Perasaan seperti ini berkembang karena umat Hindu kurang memahami hakikat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Agni Hotra. baik secara tattwa maupun nilai filosofinya. 
Demikian dikatakan Ida Peranda Gede Mas Diatmika dari griya Perean, Kediri , Tabanan baru-baru ini saat Mingguan BaliAga tangkil sekalian melakukan diskusi terbuka seputar makna dan nilai filosofi upacara Agni Hotra itu. Dikatakan Ida Ratu Peranda, di sisi lain harus diakui ada umat Hindu yang tidak tahu tentang upacara ini, karena mereka tidak pernah melaksanakannya. 
Yang menjadi persoalan ke depan terhadap upacara Agni Hotra ini adalah pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang begitu pesat. Dimana pertumbuhan ini membuat lingkungan di sekitar kita menjadi rusak. Dalam situasi seperti ini tentu kita akan berfikir melakukan Agni Hotra, karena dinilai kurang bersahabat dengan lingkungannya.
Dijelaskan lebih lanjut Ida Peranda yang juga mantan Kepala Sekolah SD Kediri, Tabanan ini, jika memungkinkan bisa saja Agni Hotra tersebut diadakan, sepanjang diterima umat Hindu setempat dan sesuai dengan desa, kala, patra dari daerah tersebut. 
Tetapi, katanya menambahkan, upacara Agni Hotra tidak hanya penting dan dilaksanakan umat Hindu semata, namun pelaksanaannya juga sudah meluas di kalangan non Hindu. Bahkan dalam Agama Budha ada dikatakan Agni Hotra adalah Yadnya utama dari segala Yadnya. 
Bahkan pelaksanaan Agni Hotra sudah berkembang di luar negeri yang pengikutnya bukan dari kalangan Hindu, ujar Ida Peranda dalam wawancara santainya dengan MBA. Menurut Ratu Peranda, ada alasan prinsip mengapa orang yang pro terhadap Agni Hotra patut dikembangkan dan dilaksanakan lagi pada sekarang ini, mereka menilai, manusia tidak bisa lepas dari penggunaan api sebagai sarana dalam kehidupannya. Kebutuhan manusia adalah makanan, makanan dalam wujud buah-buahan dan sayuran-sayuran memerlukan sinar dalam pertumbuhannya, sedangkan sinar adalah energi dan energi umumnya berasal dari api. 

Sumber: BaliAga