*OM SWASTIASTU* selamat datang di website ikatan keluarga besar trisakti hindu

Live From Twitterland

   

SADHANA CHATUSHTAYA

Jñana Yoga dari Brahma Vidya atau pengetahuan Diri-Jati bukanlah pelajaran yang bisa dimengerti dan direalisasikan melalui pembelajaran
intelektual, penalaran, rasiosinasi, melalui diskusi ataupun argumentasi-argumentasi. Ia adalah pengetahuan yang tersulit di antara semua pengetahuan
   
Oleh karenanya, seorang siswa yang menyusuri jalan Kesujatian, pertama-tama harus memperlengkapi dirinya dengan Sadhana Chatushtaya
—"empat daya pembebas". Mereka adalah daya pemilah-milah, ketidak-gemaran atau ketidak-terikatan, enam sekawan sifat-sifat
luhur, dan hasrat yang kuat akan kebebasan —Viveka, Vairagya, Shad-Sampat dan Mumukshutva. Hanya sesudahnyalah ia akan bisa
melangkah ke depan di jalur ini dengan tegap, tanpa rasa takut. Tak ada kemajuan spiritual sekecil apapun yang dimungkinkan kecuali
seseorang telah terberkati dengan keempat kwalifikasi ini.
   
Keempat daya pembebas ini setua Veda-veda dan dunia ini sendiri. Setiap agama menyodorkannya sebagai resep; sebutannya boleh saja
berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun intinya tetap sama karena ia bersifat immaterial. Hanya orang-orang bodoh sajalah yang
punya kebiasaan yang tidak diinginkan berupa merisaukan urusan lingual serta mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tak perlu. Jangan
pedulikan mereka. Adalah kewajiban Anda untuk makan buah dan bukannya membuang-buang waktu untuk menghitung-hitung daun dari pohonnya.
Sekarang cobalah memahami keempat daya pembebas yang esensial ini.  
   
Viveka adalah daya pemilah-milah antara yang sejati dan yang semu, antara yang permanen dan yang impermanen, antara Sang Diri dan
bukan-diri. Viveka diturunkan kepada seseorang melalui anugrah Tuhan. Dan anugrah itu sendiri diturunkan hanya sesudah orang itu tak
henti-hentinya melaksanakan pelayanan tanpa pamerih di dalam tak terhitung kelahiran, dengan anggapan bahwa ia hanyalah sebuah
instrumen di tangan Tuhan, dimana segenap karyanya itu adalah persembahannya kepada Tuhan. Pintu menuju derajat batiniah yang lebih
tinggi terbuka lebar manakala ada kebangkitan daya pemilah-milah ini.
   
Ada suatu keabadian, prinsip yang tiada berubah di tengah-tengah fenomena yang senantiasa berubah-ubah dari semesta raya dan
gerakan-gerakan yang cepat serta pusaran-pusaran dari pikiran ini.  Sang penekun juga harus memisahkan-dirinya dari `enam gelombang
samudra Samsara'—kelahiran dan kematian, lapar dan haus, serta kegembiraan dan kesedihan. Kelahiran dan kematian milik tubuh fisikal
ini; lapar dan haus adalah milik dari Prana, daya vital; kegembiraan dan kesedihan adalah milik dari duet pikiran-perasaan. Sang Jiva tiada
melekat. `Keenam gelombang' itu tak bisa menyentuh Brahman, yang sehalus ether yang menyusupi segalanya. 
   
Guyub dengan para suciwan (satsanga) dan pembelajaran pustaka-pustaka Vedantik akan mencurahkan daya pemilah-milah. Viveka
haruslah dikembangkan hingga derajat maksimum. Seseorang mesti mantap betul di dalamnya. 
   
Vairagya adalah ketidak-terikatan pada kesenangan-kesenangan duniawi pun surgawi. Vairagya yang lahir dari Viveka tahan selamanya. Ia tidak
akan memerosotkan sang penekun. Akan tetapi, Vairagya kepada wanita yang datang sementara saat ia melahirkan atau manakala menghadiri
kremasi misalnya, tidaklah banyak gunanya. Pandangan bahwasanya segala sesuatunya di dunia ini semu adanya, juga menyebabkan sikap
acuh-tak-acuh terhadap kesenangan-kesenangan duniawi dan surgawi. Seseorang mesti kembali lagi ke alam eksitensi ini dari surga, setelah
semua buah dari karma baiknya habis. Makanya mereka tak berharga untuk dikejar. 
   
Vairagya tidaklah berarti bahwa seseorang melalaikan kewajiban-kewajiban sosial dan tanggung-jawabnya pada kehidupan ini.
Ia tidaklah berarti mengabaikan begitu saja dunia ini, untuk kemudian hidup di sebuah goa sunyi di pegunungan Himalaya . Vairagya adalah
pelepasan-mental dari objek-objek duniawi. Seseorang boleh saja tetap tinggal di dunia dan terlibat di dalam semua kewajiban-kewajiban tanpa
terikat. Ia bisa saja seorang perumahtangga dari sebuah keluarga besar, sementara pada saat yang bersamaan sempurna pelepasan-mentalnya
terhadap segala sesuatu. Ia mampu melakoni sadhana spiritual ditengah-tengah aktivitas-aktivitas duniawinya. Ia yang sempurna
pelepasan-mentalnya di dunia ini, benar-benar seorang pahlawan. Ia lebih mulia dibanding seorang Sadhu yang hidup di goa Himalaya , sejauh
ia setiap saat harus menghadapi tak terhitung banyaknya cobaan di dalam kehidupannya.


Oleh: Sri Swami Sivananda Sarasvati